Senin, 27 Mei 2013

Kajian Stilistika Lirik Lagu “Titip Rindu Buat Ayah” Karya Ebiet G Ade (Album 1996) dalam Tinjauan Semiotik


A.    Pendahuluan
Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontlemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Sebagai sebuah karya seni yang lazim memanfaatkan bahasa sebagai mediumnya maka bahasa sastra memiliki peran sentral. Dengan demikian bahasa sastra sekaligus menjadi alat bagi sastrawan sebagai komunikator untuk menyampaikan gagasan-gagasan kepada pembaca sebagai komunikasi atau apresiatornya.
Menurut Abrams (dalam Al-Ma’ruf, 2009:2) Bahasa satra berhubungan dengan fungsi semiotic bahasa sastra. Bahasa merupakan system semiotik tingkat pertama (first order semiotic), sedangkan satra merupakan system semiotik tingkat kedua (second order semiotic).
Bahasa sastra memiliki beberapa ciri antara lain sebagai bahasa emotif dan bersifat konotatif sebagai kebalikan bahasa nonsastra, khususnya bahasa ilmiah yang rasional dan denotatif. Secara rinci, bahasa sastra memiliki sifat antara lain emosional, konotatif, bergaya (berjiwa), dan ketidaklangsungan. Sifat sastra yang lain dapat dilihat dari segi gaya bahasa. Gaya bahasa merupakan bahasa merupakan bahasa yang digunakan secara khusus untuk menimbulkan efek tertentu, khususnya efeks estetis menurut Pradopo (dalam Al-Ma’ruf, 2009:4).
Sifat bahasa sastra yang lain dapat dilihat dari segi gaya bahasa. Gaya bahasa merupakan gaya bahasa yang digunakan secara khusus untuk menimbulkan efek tertentu, khususnya efek estetis (Pradopo, 1997:40). Keraf (dalam Al-Ma’ruf, 2009:138) menegaskan, bahwa gaya bahasa disusun untuk mengungkapkan pikiran secara khas yang memperlihatkan perasaan jiwa dan kepribadian penulis. Menurut Hartoko dan Rahmanto (dalam Al-Ma’ruf, 2009:138) gaya bahasa itu adalah cara yang khas yang dipakai seorang untuk mengungkapkan diri pribadi.
Genre sastra atau jenis sastra dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu sastra imajinatif dan nonimajinatif. Dalam praktiknya sastra nonimajinatif terdiri atas karya-karya yang berbentuk esei, kritik, biografi, otobiografi, dan sejarah. Yang termasuk sastra imajinatif ialah karya prosa fiksi (cerpen, novelet, novel atau roman), puisi (puisi epik, puisi lirik, dan puisi dramatik), dan drama (drama komedi, drama tragedi, melodrama, dan drama tragikomedi).
Lirik lagu termasuk dalam genre sastra karena lirik adalah karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian (KBBI, 2003:678). Jadi lirik sama dengan puisi tetapi disajikan dengan nyanyian yang termasuk dalam genre sastra imajinatif.
Abid Ghoffard Aboe Dja’afar, pria yang kini dikenal sebagai Ebiet G Ade ini adalah seorang penyanyi dan penulis lagu yang karya-karyanya telah melegenda dan terkenal dengan balada yang syahdu dan syair-syair sarat makna dari lagu-lagu yang dibuatnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam makalah ini adalah: (1) Bagaimana style ‘gaya bahasa’ pada lirik lagu ‘Titip Rindu Buat Ayah  karya Ebiet G Ade. (2) Bagaimana tinjauan semiotika dalam lirik lagu ‘Titip Rindu Buat Ayah  karya Ebiet G Ade. Adapun tujuan tulisan ini adalah untuk: (1) Mendeskripsikan style ‘gaya bahasa’ pada lirik lagu ‘Titip Rindu Buat Ayah  karya Ebiet G Ade. (2) Mengungkapkan makna dalam lirik lagu ‘Titip Rindu Buat Ayah’ karya Ebiet G Ade.
Manfaat teoritis ini adalah (1) Kajian stilistika ini memberikan kontribusi  bagi pengembangan linguistik terapan dan studi sastra sekaligus dalam analisis karya sastra. (2) meletakkan dasar-dasar bagi penelitian stilistika karya sastra yang lain, baik puisi, lirik lagu, maupun teks drama/lakon. Adapun manfaat praktis kajian ini adalah: (1) memberikan pemahaman kepada pemerhati sastra dalam mengapresiasi karya sastra terlebih satra sufistik ditinjau dari stilistika. (2) memberikan alternatif bahan ajar yang relatif masih jarang bagi para pengajar bahasa dalam pembelajaran stilistika.

B.     Kajian Teoritis
Karya sastra yang dibahas dalam penelitian ini adalah lirik lagu dengan fokus gaya bahasa dengan menggunakan teori stilistika. Lirik adalah karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian (KBBI, 2003:678). Lagu adalah suatu kesatuan musik yang terdiri atas susunan perbagai nada yang berurutan (Ensiklopedia Indonesia dalam Fillaili).
Beberapa konsep teoritis yang berkaitan dengan penelitian ini akan dideskripsikan sebagai berikut:

1.      Style’ Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara pemakian bahasa dalam karangan atau bagaimana seorang pengarang menggunakan sesuatu yang akan dikemukakan (Abrams, 1981:190-191). Gaya bahasa dalam karya sastra dipakai pengarang sebagai sarana retorika dengan mengeksploitasi dan memanipulasi potensi bahasa. Sarana retorika merupakan sarana kepuitisan yang berupa muslihat pikiran, menurut Altenberd dan Lewis (dalam Al-Ma’ruf, 2009:7-9).
Gaya bahasa sebagai gejala penggunaan sistem tanda , dapat dipahami bahwa gaya bahasa pada dasarnya memiliki sejumlah matra hubungan. Matra hubungan tersebut dapat dikaitkan dengan dunia proses kreatif pengarang, dunia luar yang dijadikan obyek dan bahan penciptaan, fakta yang terkait dengan aspek internal kebahasaan itu sendiri, dan dunia penafsiran penanggapnya (Aminuddin, 1995:54).
Sesuai dengan pengertian stilistika sebagai studi tentang cara pengarang dalam menggunakan sistem tanda sejalan dengan gagasan yang ingin disampaikan, dari kompleksitas dan kekayaan unsur pembentuk karya sastra itu yang dijadikan sasaran kajian hanya pada wujud penggunaan system tandanya (Aminuddin, 1995:46).

2.      Teori Stilistika
Stilika adalah proses menganalisis karya sastra dengan mengkaji unsur-unsur bahasa sebagai medium karya sastra yang digunakan sastrawan sehingga terlihat bagaimana perlakuan sastrawan terhadap bahasa dalam rangka menuangkan gagasannya (subject matter).
Menurut Abrams (dalam Al-Ma’ruf, 2009:19) mengemukakan stilistika kesusastraan merupakan metode analisis karya sastra. Stilistika dimaksudkan untuk menggantikan kritik sastra yang subjektif dan impresif dan ilmiah.
Ratna (dalam Al-Ma’ruf, 2009:10) menyatakan, stilistika merupakan ilmu yang menyelidiki pemakai bahasa dalam karya satra, dengan mempertimbangkan aspek-aspek keindahannya. Menurut Junus (dalam Al-Ma’ruf, 2009:11), hakikat stilistika adalah studi mengenai pemakaian bahasa dalam karya sastra. Stilistika dipakai sebagai ilmu gabungan, yakni linguistik dan ilmu sastra. Stilistika sebagai ilmu yang mengkaji penggunaan bahasa dalam karya sastra yang berorientasi linguistik atau menggunakan parameter linguistik

3.      Lirik Lagu
Lirik lagu termasuk dalam genre sastra karena lirik adalah karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian (KBBI, 2003:678). Jadi lirik sama dengan puisi tetapi disajikan dengan nyanyian yang termasuk dalam genre sastra imajinatif. Setiap lagu pasti mempunyai tujuan tertentu yang ingin disampaikan kepada masyarakat sebagai pendengarnya. Lagu berisi barisan kata-kata yang dirangkai secara baik dengan gaya bahasa yang menarik oleh composer dan dibawakan dengan suara indah penyanyi.

4.      Teori Semiotik
Menurut Pradopo (1995: 119-120) semiotik (semiotika) adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial / masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.
Menurut Pradopo (1995:119) semiotik adalah ilmu tanda-tanda. Tanda mempunyai dua aspek yaitu petanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah bentuk formalnya yang menandai sesuatu yang disebut petanda, sedangkan petanda adalah sesuatu yang ditandai oleh penanda itu yaitu artinya.
Jenis-jenis tanda yang utama ialah ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan yang bersifat alamiah antara penanda dan petandanya. Indeks adalah tanda yang menunjukkan hubungan kausal (sebab-akibat) antara penanda dan petandanya. Sedangkan simbol adalah tanda yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya, hubungannya bersifat arbitrer.

C.    Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Pada hakikatnya penelitian kualitatif menitikberatkan pada analisis isi (content analysis), yaitu penelitian yang mementingkan pengkajian isi dengan tujuan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam objek penelitian yang dijabarkan secara verba. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2005:8), metode deskriptif merupakan metode penelitian yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan data, menyusun, mengklasifikasikan dan menginterpretasikan data. Hal ini sejalan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu dengan mengumpulkan data, mengklasifikasikan data dan menginterpretasikan data. Penelitian ini mengkaji dan mendeskripsikan gaya bahasa yang terdapat dalam lirik lagu ‘Titip Rindu Buat Ayah  karya Ebiet G Ade.
Data penelitian ini adalah gaya bahasa yang terdapat dalam sembilan buah lirik lagu ‘Titip Rindu Buat Ayah  karya Ebiet G Ade. Sumber data yaitu teks lirik lagu Titip Rindu Buat Ayah.

D.    Hasil dan Pembahasan
Kajian stilistika lirik lagu ‘Titip Rindu Buat Ayah’ karya Ebiet G Ade, akan dibagi dalam empat aspek yaitu gaya bunyi, gaya kata (diksi), gaya kalimat, dan citraan. Setelah itu akan dikaji dengan kajian semiotik  Sebelumnya akan dipaparkan syair lagu ‘Titip Rindu Buat Ayah’ karya Ebiet G Ade:

            I
Di matamu masih tersimpan selaksa peristiwa
Benturan dan hempasan terpahat di keningmu
Kau nampak tua dan lelah, keringat mengucur deras
namun kau tetap tabah hm…
II
Meski nafasmu kadang tersengal
memikul beban yang makin sarat
kau tetap bertahan
III
Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar matahari
kini kurus dan terbungkuk hm…
IV
Namun semangat tak pernah pudar
meski langkahmu kadang gemetar
kau tetap setia
            V
Ayah, dalam hening sepi kurindu
untuk menuai padi milik kita
Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan
Anakmu sekarang banyak menanggung beban
            VI
Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar matahari
kini kurus dan terbungkuk hm…
            VII
Namun semangat tak pernah pudar
meski langkahmu kadang gemetar
kau tetap setia
1.      Gaya Bunyi
Pada syair lagu, gaya bunyi dapat menimbulkan efek dan kesan tertentu. Bunyi dapat menekankan arti kata, meenginfestasikan kata dan kalimat, bahkan mendukung penciptaan suasana tertentu pada syair lagu. Gaya bunyi pada syair lagu ‘Titip Rindu Buat Ayah’ akan diungkapkan sebagai berikut:
Syair lagu tersebut secara keseluruhan didominasi oleh fonem bunyi /a/. Bunyi /a/ yang mendominasi syair lagu tersebut akan menimbulkan suasana riang, akrab, dan gembira. Bunyi /a/ yang mendominasi syair lagu tetrsebut, sengaja dipilih oleh pengarang untuk mencapai makna estetik tertentu dalam syair tersebut.
Timbulnya irama pada syair lagu tersebut karena adanya asonansi (pengulangan bunyi vokal yang sama pada rangkaian kata yang berdekatan dalam satu baris) pada tiap baris syair lagu tersebut. Misalnya yang terdapat pada bait I baris pertama syair lagu tersebut, terdapat bunyi /a/ yang mendominasi syair tersebut yaitu ‘di matamu masih tersimpan selaksa peristiwa’.
Selain terdapat pengulangan bunyi vokal, syair lagu tersebut, juga terdapat pengulangan bunyi konsonan (aliterasi). Hal tersebut tampak pada bait III baris keempat, yaitu ‘kini kurus dan terbungkuk hm…

  1. Gaya Kata (Diksi)
Diksi dapat dikatakan sebagai pilihan kata yang dilakukan oleh pengarang dalam karyanya guna menciptakan efek makna estetik tertentu. Untuk itu, pengarang tidak jarang menggunakan kata konotasi disamping kata denotasi dalam penciptaan sebuah karya. Dalam syair lagu ‘Titip Rindu Buat Ayah’ banyak memanfaaatkan kata konotasi untuk mencapai makna estetik dalam lirik lagu tersebut.
Ekspresi yang dilakukan oleh pengarang secara tidak langsung dapat dilakukan melalui penggantian arti, penyimpangan arti, penyimpangan arti, dan penciptaan arti, Riffate (dalam Al-Ma’ruf, 2009:152). Penggantian arti dalam syair lagu tersebut berupa metafora, simile, dan metonimia, yang kesemuanya merupakan kata-kata konotatif yang memiliki arti kias. Penyimpangan arti terjadi dengan adanya ambiguitas dan kontradiksi. Adapun penciptaan arti yang diciptakan oleh penyair dengan penggunaan bentuk visual seperti persajakan dan pembaitan.
Secara keseluruhan, dalam syair lagu ‘Titip Rindu Buat Ayah’ penyair memanfaatkan kata-kata konotatif yang memiiki arti kias. Bahasa kias tampak dominan dalam syair lagu tersebut memanfaatkan metafora, simili, dan sarana retorika hiperbola.
Pada bait I dimanfaatkan bahasa kias berupa majas metafora pada baris kedua, /hempasan terpahat di keningmu/ yang merupakan perbandingan tanpa menggunaka kata pembanding. ‘hempasan’ sebagai wahana, sedangkan ‘terpahat dalam keningmu’ sebagai tenor. Majas hiperbola juga digunakan oleh pengarang untuk menambah nilai estetik dengan melukiskan sesuautu secara berlebihan, yaitu pada baris ketiga /keringat mengucur deras/.
Majas metafora dimanfaatkan pada bait II terdapat pada baris pertama /nafasmu kadang tersengal/ dan bait III baris pertama /merah jalan ini/. Kedua baris tersebut membandingkan sesuatu tanpa kata pembanding. Pada baris pertama ‘nafasmu’ sebagai wahana ‘kadang tersengal’, sedangkan pada bait III baris pertama ‘merah’ sebagai wahana dan ‘jalan ini’ sebagai tenor. Majas hiperbola juga dimanfaatkan dalam bait II, yang melukiskan sesuatu yang berlebihan. Dalam hal ini, hiperbola dimanfaatkan untuk menyatakan begitu beratnya beban yang harus dipikul oleh ayah yang dilukiskan dengan /memikul beban yang makin sarat/.
Majas metafora dimanfaatkan pada bait III pada baris kedua /keriput tulang pipimu/ dan baris ketiga /legam terbakar matahari/. ‘keriput’ pada baris kedua sebagai wahana dan ‘tulang pipimu’ sebagai tenor. Sedangkan pada baris ketiga, ‘legam’ sebagai wahana dan ‘terbakar matahari’ sebagai tenornya. Majas simile juga dimanfaatkan dalam bait III pada baris kedua, /keriput tulang pipimu gambaran perjuangan/ yang merupkan perbandingan sesuatu dengan menggunakan kata pembanding sebagai, bagai, ibarat, gambaran, dll.
Majas metafora dimanfaatkan pada bait IV untuk melukiskan ketidak kuatnya kaki melangkah sehingga sampai gemetar. Bentuk  /langkahmu kadang gemetar/ merupakan majas metafora yang membandingkan sesuatu tanpa menggunakan kata pembanding. ‘langkahmu’ sebagai wahana, dan ‘kadang gemetar/ sebagai tenor.
Majas metafora dimanfaatkan pada bait VI pada baris kedua untuk melukiskan sangat keriput pada pipi sampai digambarkan tulangnyapun ikut keriput. Bentuk  /keriput tulang pipimu/. ‘keriput’ pada baris pertama sebagai wahana dan ‘tulang pipimu’ sebagai tenor.
Majas metafora dimanfaatkan pada bait VII untuk melukiskan ketidak kuatnya kaki melangkah sehingga sampai gemetar. Bentuk  /langkahmu kadang gemetar/ merupakan majas metafora yang membandingkan sesuatu tanpa menggunakan kata pembanding. ‘langkahmu’ sebagai wahana, dan ‘kadang gemetar/ sebagai tenor.

3.      Gaya kalimat
Kepadatan kalimat dan bentuk ekspresif sangat diperlukan dalam penciptaan sebuah karya. Dalam penciptaan sebuah karya berupa syair lagu merupakan inti gagasan atau pengalaman batin  yang dikemukakannya. Hanya yang penting saja yang diungkapkan. Oleh sebab itu hubungan antar kalimat dinyatakan secara implisit agar kalimat balam tiap baris pada syair sebuah lagu terkesan padat.
Pemadatan kalimat juga terdapat pada syair lagu ‘Titip Rindu Buat Ayah’. Pemadatan kalimat dengan mengimplisitkan bagian kalimat tertentu akan menjadika syair menjadi ringkas dan efektif juga mampu menciptakan suasana keakraban dan kedekatan antara penyair dengan ayahnya.
Terdapat pengulangan baris yang ditemukan walaupun bukan pada tiap bait. Secara keseluruhan tiap baris pada syair lagu tersebut  merupakan kalimat yang diringkas sehingga jika bagian itu diluaskan maka aka menjadi:
I
Di matamu (kini) masih tersimpan selaksa peristiwa (yang membekas)
Benturan (pikiran) dan hempasan (pengorbanan) terpahat di keningmu
Kau (terlihat) nampak tua dan lelah, keringat mengucur deras (dikeningmu)
namun kau tetap tabah (menghadapi kehidupan ini) hm...
II
Meski nafasmu kadang (terdengar) tersengal
(yang harus) memikul beban (hidupmu) yang makin sarat
kau tetap (saja) bertahan (menghadapinya)
III
Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan (hidup) ini
Keriput (yang terdapat pada) tulang pipimu (merupakan) gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu (nampak) kekar, (rela kau biarkan) legam terbakar matahari
kini (nampak) kurus dan terbungkuk hm...
IV
Namun semangat (yang kau tunjukkan) tak pernah pudar
meski langkahmu (terlihat) kadang gemetar
kau tetap setia (memperjuangkan kita)
V
Ayah, dalam hening sepi (kini) kurindu (padamu)
untuk menuai padi milik kita
Tapi kerinduan (yang kurasakan) tinggal hanya kerinduan (semu)
(tahukah engkau) Anakmu sekarang banyak menanggung beban (keluarga)
VI
Engkau telah mengerti (bagaimana) hitam dan merah jalan (hidup) ini
Keriput (yang Nampak pada) tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu (nampak) kekar, (rela kau biarkan) legam terbakar matahari
kini (nampak) kurus dan (telah) terbungkuk hm...
VII
Namun (aku melihat) semangat tak pernah pudar
meski langkahmu (terlihat) kadang gemetar
kau tetap setia (kepada kami)


4.      Citraan
Citraan atau imaji dalam karya berperan penting untuk menimbulkan pembayangan imajinatif, membentuk gambaran mental, dan dapat membangkitkan pengalaman tertentu pada pembaca. Citraan merupakan kumpulan citra (the collection of images), yang digunakan untuk melukiskan objek dan kualitas tanggapan indera yang digunakan dalam karya sastra, baik dengan deskripsi secara harfiah maupun kias, Abram (dalam Al-Ma’ruf, 2009:75-76).
Cuddon (dalam Al-Ma’ruf, 2009:158), menjelaskan bahwa citraan kata meliputi penggunaan bahasa untuk menggambarkan objek-objek, tindakan, perasaan, pikiran, ide, pernyataan, dan setiap pengalaman indera yang istimewa. Citraan lazimnya akan membuat kesan pikiran pembaca lebih terlibat dalam karya yang dihasilkan oleh pengarang. Pembaca akan diajak untuk merasakan apa yang dirasakan oleh pengarang. Sehingga pembaca akan lebih mudah untuk menanggapi penggambaran imaji pengarang.
Dalam syair lagu ‘Titip Rindu Buat Ayah’ penyair memanfaatkan citraan untuk menghidupkan imaji pembaca melalui ungkapan yang tidak langsung.
Pada bait pertama, memanfaatkan citraan penglihatan  untuk melukiskan keadaan ayah dengan menggunakan kata-kata  sudah tua dan lelah yang keringatnya mengucur, sehingga tampak pahatan pada keninnya. Namun walau bagaimanapun kondisi yang dialami ayah, ayah tetap sabar. Pengaranga mengajak pembaca untuk dapat mengetahui bagaimana keadaan ayah.
Bait kedua, pengarang memanfaatkan citraan pendengaran untuk melukiskan perjuangan ayah dalam menghidupi keluarganya, meski nafas kadang tersengal namun ayah masih saja bertahan memikul beban ditangannya yang makin berat.
Bait ketiga memanfaatkan citraan penglihatanuntuk melukiskan bagaimana keadaan ayah yang begitu semangat untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Gambaran tuleng pipi yang keriput, serta bahu yang dulu kekar, kini kurus dan terbungkuk. Dengan majas metafora, pembaca menjadi lebih mudah membayangkan keadaan ayah yang dimaksudkan oleh pengarang.
Bait keempat pengarang memanfaatkan citraan gerakan untuk melukiskan gerakan langkah kaki yang gemetar pada baris pertama. Pengarang mencoba membangkitkan imaji pembaca melalui kata-kata yang digunakannya.
Bait kelima pengarang memanfaatkan citraan penglihatan untuk melukiskan keadaan ayah yang sudah keriput tulang pipinya. Kata-kata yang digunakan oleh pengarang bertujuan untuk membangkitkan imaji pembaca tentang kondisi ayah.
Bait ketujuh pengarang memanfaatkan citraan penglihatan untuk melukiskan keadaan ayah yang dulu begitu gagah yang ditunjukkan dengan kata bahumu yang dulu kekar namun kiki kurus dan terbungkuk. Bait diatas juga memanfaatkan citraan gerak yang melukiskan langkah kaki yang kadang gemetar yang menunjukkan begitu rapuhya ayah kini.

E.     Kajian Makna Stilistika Lirik Lagu Titip Rindu Buat Ayah
Style ‘gaya bahasa’ merupakan sistem tanda tingkat pertama dalam konvensi sastra. Sebagai sebuah sistem tanda maka gaya bahasa pada syair lagu ‘Titip Rindu Buat Ayah’ juga mempunyai makna yang menjadi sarana sastra untuk mengungkapkan gagasan pengarang.
Makna dalam sebuah karya merupakan rangkaian gagasan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Pengarang dapatmengungkapkannya secara implisit maupun eksplisit gagasan dalam setiap karyanya. Secara keseluruhan, syair lagu ‘Titip Rindu Buat Ayah’ diatas mengandung makna yang menunjukkan begitu dekat dan rindunya pengarang kepada sosok ayah dalam hidupnya.
Betapa pengarang begitu memperhatikan ayah, sehingga pengarang dapat menggambarkan begitu detail keadaan ayah. Kenangan bersama ayah begitu membekas. Bagaimana perjuangan ayah dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Kerinduan yang dialami oleh pengarang kepada ayah yang begitu mendalam hanyalah tingal kerinduan yang tiada berarti. Karena ayah yang penuh dengan perjuangan dan beban yang begitu besar ditanggungnya, kini menjadi tanggungjawabnya kerena ayahnya yang telah tiada. Hal tersebut tampak pada bait kelima baris tiga dan empat:
Tapi kerinduan hanya tinggal kerinduan
Anakmu sekarang banyak menanggung beban
Kini anaknya yang harus menanggung beban keluarganya.  Namun semua kenangan bersama ayah tidak dapat dilupakan oleh anaknya. Bagaimana perjuangan ayah melawan terik matahari yang membakar tubuhnya, bagaimana keringat itu mengalir. Namun ayah yang begitu tabah dan setia. Ditunjukkan pada bait pertama syair lagu tersebut:
Benturan dan hempasan terpahat dikeningmu
Kau Nampak tua dan lelah, keringat mengucur deras
Namun kau tetap tabah
Keriduan yang mendalam juga dirasakan oleh pengarang ketika berada dalam sepi. Kenangan dulu bersama ayah ketika menuai padi bersama. Namun kerinduan itu hanya kerinduan semu. Ayah yang telah banyak pengalaman dalam kehidupan membagi dengan anaknya. Sehingga anak yang ketika ditinggal oleh ayahnya tidak kaget menghadapi ujian dalam kehidupannya. Pengalaman ayah ditunjukkan pada bait kelima:
Ayah, dalam sepi kurindu
untuk menuai padi milik kita
Melalui kata yang dituliskan pengarang dalam tiap barisnya menunjukkan begitu rindunya seorang anak kepada ayahnya. Kata-kata yang dipilihnya menggambarkan keriduan yang tersirat.

F.     Simpulan




Daftar Pustaka

Al-Ma’ruf, Ali Imron. 2009. Stilistika Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian Estetika Bahasa. Solo: CakraBooks Solo.
Aminudin. 1995. Stilistika Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra. Semarang: IKIP Semarang Press.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Selasa, 14 Mei 2013










Nama Sekolah : SD Negeri Ngombakan 01
Alamat             : Geneng, Ngombakan, Polokarto, Sukoharjo
Foto diambil    : 7 Mei 2013